Oleh: Hasian Sidabutar, S.Pd
Terbit: Harian Batam Pos, 8 Oktober 2015
Kita semua rakyat Indonesia
pasti punya impian: suatu
saat nanti, setiap anak Indonesia di pelosok mana pun mereka tinggal, apa pun
latar belakang sosial-ekonominya dapat dengan mudah dan murah memperoleh
pendidikan bermutu sehingga ia dapat mewujudkan secara maksimal potensinya
sebagai warga bangsa dan sebagai warga umat manusia.
Kita mendambakan suatu sistem pendidikan nasional yang mampu mendukung
impian itu. Yang kita dambakan adalah sebuah ”sistem pencerdasan bangsa” yang
membuka kesempatan bagi setiap warga negara setiap saat sepanjang hidupnya
untuk meng-upgrade dirinya, untuk mengaktualisasikan potensi dan bakatnya. Kita
mendambakan sebuah sistem lifelong
education yang dapat memaksimalkan kontribusi kumulatif setiap warga negara
sepanjang masa hidupnya. Bayangkan betapa majunya bangsa ini jika setiap warga
negaranya dapat mewujudkan potensi maksimalnya seperti itu.
Impian ini memang masih jauh dari kenyataan,
meskipun akhir-akhir ini sudah banyak kemajuan. Kita menyadari, masih banyak
anak-anak kita yang belum mendapatkan akses yang memadai pada pendidikan, baik
secara kuantitas maupun kualitas. Tanah Air kita memang sangat luas. Kuantitas
dan, terutama, kualitas layanan pendidikan sangat bervariasi antara satu daerah
dan daerah lain. Banyak faktor yang menyebabkannya, mulai dari keterpencilan
hingga keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Dan yang paling penting,
ada ketidakmerataan penyebaran guru yang mumpuni dan berkomitmen antarsekolah
di Tanah Air. Itu semua adalah hambatan sisi supply. Di sisi demand pun ada
hambatan-hambatan. Kemiskinan, biaya sekolah yang mahal, dan masih adanya sikap
keluarga yang kurang menghargai pendidikan bagi anak-anaknya ikut menjadi
penyebab ketidakmerataan pelayanan pendidikan di Tanah Air.
Memanfaatkan teknologi
Sudah banyak program yang pemerintah lakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
itu, terutama dengan tersedianya anggaran pendidikan 20 persen dari APBN.
Tetapi, toh, kondisinya masih jauh dari impian kita. Dengan cara dan tempo
seperti yang kita lakukan sekarang ini, barangkali kita membutuhkan waktu tidak
kurang dari seratus tahun untuk mendekati posisi ideal yang kita dambakan.
Sementara itu, negara-negara lain juga terus memacu maju diri mereka.
Apa yang mesti kita lakukan? Jawabannya adalah langkah-langkah terobosan
jika kita tidak mau tertinggal kereta. Kita harus melakukan lompatan. Salah
satu lompatan itu adalah dengan memanfaatkan teknologi mutakhir di bidang
pendidikan, secepatnya dan secara luas. Khususnya kita harus memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) karena pada hakikatnya proses
pendidikan adalah proses transfer dan diseminasi informasi. Yang saya maksud
adalah penerapan pembelajaran online atau e-learning. Apabila didesain dengan
baik, e-learning dapat menjawab sebagian besar dari hambatan yang saya sebut
tadi. Dan dengan itu, pemerataan pendidikan dapat kita percepat.
Sistem e-learning yang berskala nasional perlu segera kita bangun. Sistem itu pada prinsipnya dapat kita terapkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Tetapi kali ini marilah kita ambil contoh penerapannya pada perguruan tinggi. Bayangkan mahasiswa di mana pun di Tanah Air, dan kapan pun, dengan mudah dapat mengakses paket mata kuliah yang diinginkan secara online. Paket itu merupakan paket pengajaran lengkap, yang mencakup mulai dari rangkaian kuliah selama satu semester, yang dibawakan oleh dosen atau instruktur terbaik di Tanah Air untuk bidang itu. Paket itu juga menyediakan akses pada rekaman buku teks dan referensi utama, bahan tes atau latihan serta tugas-tugas lain, lengkap dengan program evaluasinya. Singkatnya, paket itu sejauh mungkin harus dapat menjadi substitusi bagi proses pembelajaran tatap muka konvensional, dengan kualitas yang barangkali bahkan lebih baik. Paket itu harus didesain sebagai program dua arah, yang memungkinkan interaksi maksimal antara program dan pemakai program.
Sistem e-learning yang berskala nasional perlu segera kita bangun. Sistem itu pada prinsipnya dapat kita terapkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Tetapi kali ini marilah kita ambil contoh penerapannya pada perguruan tinggi. Bayangkan mahasiswa di mana pun di Tanah Air, dan kapan pun, dengan mudah dapat mengakses paket mata kuliah yang diinginkan secara online. Paket itu merupakan paket pengajaran lengkap, yang mencakup mulai dari rangkaian kuliah selama satu semester, yang dibawakan oleh dosen atau instruktur terbaik di Tanah Air untuk bidang itu. Paket itu juga menyediakan akses pada rekaman buku teks dan referensi utama, bahan tes atau latihan serta tugas-tugas lain, lengkap dengan program evaluasinya. Singkatnya, paket itu sejauh mungkin harus dapat menjadi substitusi bagi proses pembelajaran tatap muka konvensional, dengan kualitas yang barangkali bahkan lebih baik. Paket itu harus didesain sebagai program dua arah, yang memungkinkan interaksi maksimal antara program dan pemakai program.
Dalam sistem e-learning yang lebih maju, juga dimungkinkan interaksi dan
komunikasi real time antara instruktur dan mahasiswa dan antarmahasiswa
pengguna paket, semacam jaringan ”tatap muka” di dunia maya. Keuntungan utama
dari sistem pembelajaran online adalah potensinya untuk menjangkau mahasiswa
dalam jumlah yang berlipat ganda dibandingkan dengan sistem pembelajaran
konvensional dan dengan jaminan standar kualitas pengajaran minimal yang
memadai.
Pada skala besar, biaya per mahasiswa akan sangat rendah. Ini tentu akan
membantu terbukanya akses yang makin lebar bagi mereka yang sebelumnya tidak
dapat mengenyam pendidikan tinggi. Teknologi yang sekarang tersedia memungkinkan pendidikan bermutu dengan biaya
murah dan sangat fleksibel, bebas dari hambatan waktu dan geografi. Sebuah self
directed e-learning memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan irama yang
pas bagi masing-masing.
Dan ada satu keuntungan penting lagi, sistem ini memungkinkan lifelong
learning bagi semua, seperti yang kita dambakan. Dalam konteks pendidikan
tinggi di Tanah Air, penerapan sistem pembelajaran online juga memungkinkan
kita dalam waktu cepat mengurangi disparitas kualitas pendidikan yang sangat
mencolok di antara 3.000 lebih perguruan tinggi yang ada sekarang di Tanah Air.
Isi dan peranti lunak apa yang harus kita persiapkan untuk menerapkan
sistem e-learning secara nasional? Pertama, harus ada infrastruktur TIK yang
andal. Infrastruktur yang ada sekarang, agar menjangkau seluruh pelosok Tanah
Air, perlu di-upgrade. Ini tentu memerlukan biaya. Kedua, kita harus
mengembangkan sistem software-nya yang mampu melayani semua interaksi yang
diperlukan untuk proses pembelajaran yang efektif. Saya mendengar bahwa
beberapa institusi pendidikan di dalam negeri sudah mengembangkan sistem
semacam ini, meskipun aplikasinya masih terbatas, belum berskala nasional.
Di
luar negeri, sudah ada sistem yang melayani pada skala global. Kita tentu bisa
belajar dari pengalaman mereka. Ketiga, kita harus mengembangkan konten
paket-paket yang ditawarkan sesuai kondisi di Tanah Air. Ini memerlukan
penyiapan yang matang dan cermat karena konten inilah yang akhirnya menentukan
kualitas pembelajaran itu. Kita harus memilih instruktur dan ahli-ahli yang top
untuk setiap bidang untuk menyusun materi dan menjadi narasumber online.
Dan, apabila kita ingin meningkatkan taraf pendidikan tinggi kita ke
standar internasional, paket yang telah disusun kemudian perlu pula
dibandingkan atau di-benchmark dengan paket sejenis yang ditawarkan oleh
institusi-institusi ternama di luar negeri. Selanjutnya, agar sistem
keseluruhan berfungsi baik, harus ada sistem pengelolaan dan pengendalian
sentral untuk memastikan itu. Dan terakhir, kita harus menyiapkan
perangkat-perangkat TIK dan administratif yang diperlukan mahasiswa di semua
perguruan tinggi untuk dapat memanfaatkan secara penuh sistem itu. Ini semua
memerlukan banyak kerja dan tidak sedikit biaya. Tapi saya sangat yakin bahwa
manfaat yang akan dipetik oleh kita semua akan berlipat ganda dari apa pun yang
kita keluarkan. Saya juga yakin bahwa menunda langkah terobosan ini justru akan
menimbulkan opportunity cost yang sangat besar bagi bangsa kita karena
banyak peluang yang hilang bagi bangsa kita.
Perlu ditekankan bahwa penerapan sistem e-learning ini tidak harus
menggantikan sistem pengajaran tatap muka yang dilaksanakan di ke-3.000
perguruan tinggi yang ada sekarang. Sistem itu merupakan suplemen atau penguat,
terutama di bidang-bidang yang dirasakan lemah di tiap perguruan tinggi. Tapi
pada waktunya, tentu pengajaran tatap muka yang nyata-nyata di bawah standar
harus hilang dan diganti dengan yang lebih baik.
Juga perlu ditegaskan di sini bahwa bagi negara sebesar Indonesia, tidak
harus hanya ada satu sistem e-learning. Beberapa sistem bisa beroperasi
bersamaan. Ruang bagi inisiatif swasta terbuka luas. Tidak harus dimonopoli
oleh negara. Yang penting, semua harus memenuhi standar akademis dasar yang
ditentukan dan semua harus mengikuti tata kelola yang mengacu pada best
practices. Semuanya itu untuk mengawal kualitas produk pembelajaran.
Penulis adalah Anggota Initiatives of Change Indnesia dan Alumnus Universitas Negeri Medan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar