Oleh: Hasian Sidabutar, S.Pd
Terbit: Harian Waspada Online (WoL), Kamis 18 Juni 2015
Apalagi, di era semua kebutuhan sandang, pangan dan papan yang kian
mahal , pada akhirnya banyak perusahaan-perusahaan yang memangkas
karyawannya hingga menyebabkan pembludakan pengangguran di negeri ini.
Contohnya, sejak Januari 2015 lalu industri sepatu Indonesia telah
merumahkan 11.000 karyawannya secara bertahap. Di sektor pertambangan
malah jauh lebih parah karena telah merumahkan ratusan ribu karyawannya.
Khusus sektor batubara, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI)
mengatakan bahwa jumlah pekerjanya sudah berkurang setengah (500 ribu)
dari total 1 juta pekerjanya dan masih banyak sektor lain yang
merumahkan para pekerjanya. Bahkan data BPS mengatakan bahwa tingkat
pengangguran di Indonesia sampai Februari 2015 naik 5,8 persen dari
total angkatan kerja sebanyak 128,3 juta. Dan jika perlambatan ekonomi
berlanjut dan terjadi demografi, maka jumlah pengangguran dipastikan
akan terus meningkat ke depannya.
Oleh sebab itu, butuh usaha yang lebih kreatif untuk menciptakan
lapangan kerja berkelanjutan oleh semua pihak. Untuk mencegah bencana
demografi, pemerintah dan elite politik haru segera melakukan
serangkaian tindakan solutif. Menurut hemat saya, beberapa tindakan yang
bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut.
Pertama, menghasilkan kebijakan yang komprehensif dengan tujuan utama
menciptakan lapangan kerja berkelanjutan, bukannya mengedepankan ego
kelompok ataupun pribadi. Oleh sebab itu, kebijakan yang bersifat
parsial perlu dievaluasi kembali dan diintegrasikan. Apabila kebijakan
tersebut tidak dapat diintegrasikan serta merugikan unit pemerintah yang
lain dan mereduksi lapangan kerja, harus segera dibatalkan agar tidak
menimbulkan kerugian yang berlarut.
Kedua, pemerintah dan elite politik perlu mendorong kemandirian
ekonomi. Setiap investasii asing seharusnya memiliki mitra lokal yang
cukup setara, tidak sekedar sebagai pelengkap. Nah, disini dibutuhkan
penguatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menjadi mitra setara
terhadap investor asing.
Ketiga, dibutuhkan kebijakan ketenagakerjaan yang tegas yang berpihak
kepada tenaga kerja domestik. Kebijakan yang dimaksud diantaranya
mewajibkan perusahaan asing maupun domestik untuk memberikan posri
terbesar bagi tenaga kerja domestik. Kebijakan tersebut harus didukung
dengan peningkatan keterampilan tenaga kerja domestik. Itu
diimplementasikan lewat pembenahan Balai Latihan Kerja (BLK). Kemudian,
perlu penguatan dan penyebaran pendidikan kejuruan di daerah dimana
disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Keempat, perlu dilakukan pembenahan pemanfaatan seumber daya alam.
Untuk sumber daya pertambangan, dibutuhkan kebijakan untuk mendorong
penghiliran lebih jauh. Ini tidak sekedar memperbesar nilai tambah dalam
negeri tetapi juga memperlambat eksploitasii sumber daya karena
perusahaan akan menjaga kesinambungan bahan baku industri pengolahannya.
Di sisi lain, untuk sumber daya alam terbarukan seperti kehutanan,
perkebunan, tanaman pangan dan perikanan, perlu langkah untuk
meningkatkan produksi termasuk pengolahannya serta meningkatkan
efisiensi penggunaannya.
Kelima, program untuk mengatasi kemiskinan yang dibuat pemerintah
seperti BLT, BPJS, Kartu Sakti serta jaminan kesehatan dan kemiskinan
lainnya seharusnya membuat penerimanya menjadi mandiri, bukan malah
semakin membuat manja, malas dan bergantung hanya kepada pemerintah.
Pada dasarnya, kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
terbatasnya peluang berusaha, tidak produktif lagi (lansia) atau belum
produktif (anak yatim piatu) dan juga unsur kemalasan. Program mengatasi
kemiskinan seharusnya disesuaikan dengan tiap penyebab kemiskinan tidak
harus seragam.
Semoga dengan diaplikasikannya beberapa tindakan solutif diatas,
pengangguran tidak terjadi lagi. Dan kita juga berharap semoga lapangan
kerja semakin banyak dan terbuka untuk umum.
(Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial, Ekonomi, Pendidikan dan Politik. Staf Pengajar Quantum College Medan. Anggota Initiative of Change (IofC) Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar