Oleh: Hasian Sidabutar, S.Pd
Terbit: Harian Analisa, Kamis 11 Desember 2014
Kegelisahan ini berawal dari keseharian saya yang bekerja sebagai
pengajar dimana saya harus menggunakan jasa angkot mencapai tempat kerja. Tiap harinya
saya melewati Jl. Pancing menuju Jl. Gatot Subroto. Begitu miris melihat
kondisi jalan yang begitu semraut. Bagaimana tidak kota terbesar keempat di
Indonesia ini begitu tidak tertata rapi mulai dari buruknya fasilitas jalan,
kemacetan, kurangnya taman kota dan permasalahan antisipasi terhadap tidak
sehatnya cuaca yang menimpa wilayah kota Medan.
Persoalan pertama yang sangat saya gelisahkan adalah buruknya fasilitas
jalan. Beberapa pekan terakhir, Pemerintah kota Medan sudah mulai memperbaiki
fasilitas jalan di sepanjang jalan H. M. Yamin yang kondisinya memang tidak
baik. Akan tetapi, perbaikan tersebut dilaksanakan secara tidak total dan masih
tersendat. Beberapa hari terakhir saya mengamati bahwa perbaikan jalan belum
tuntas dan pergerakan para pekerjanya terhenti. Alhasil, tersisa lubang-lubang
jalan yang panjangnya sampai ratusan meter. Hal ini menimbulkan ketidaknyaman bagi para pengendara
yang lalu lalang di sepanjang jalan tersebut.
Persoalan kedua yaitu kemacetan. Tidak bisa dimungkiri, sebagai kota
besar yang menjadi pusat seluruh aktivitas di Sumatera Utara, pada akhirnya
kota Medan harus dipadati para urban untuk mengubah status sosial mereka.
Banyaknya penduduk tentu berimbas pada volume kendaraan yang semakin membludak.
Hal ini menyebabkan kemacetan di banyak titik di kota Medan seperti di lampu
merah aksara, jalan H.M Yamin, Jalan Merak Jingga, Jalan Guru Patimpus, Gatot
Subroto, Padang Bulan, Simpang Pos. Selain menimbulkan emosi di hati
pengendara, kemacetan ini juga banyak menimbulkan kerugian seperti terhambatnya
perekonomian, macetnya distribusi barang dan tentu menguras waktu. Nyatanya,
kota Medan tidak seperti Jakarta yang menjadi pusat aktivitas di seluruh
Indonesia. Harusnya, kota Medan yang penduduknya hanya 2.9 juta (pemkomedan.go.id)
tidak seharusnya dilanda kemacetan seperti Jakarta yang penduduknya 5.06 juta
jiwa. (jakarta. bps.go.id)
Persoalan ketiga yaitu minimnya fasilitas Taman kota. Seluruh masyarakat
Medan begitu mengimpikan taman-taman kota dibangun di beberapa titik di kota
Medan. Fungsinya agar sumber udara bersih dan keteduhan saat bersantai bisa
dinikmati masyarakat di tengah hiruk pikuknya kota dengan segala tetek
bengeknya. Fungsinya juga untuk menahan bahasa global warmning. Jakarta
memiliki 1.178 taman kota (beritajakarta.com), lantas berapakah taman
kota di Medan? Namun ntah mengapa, Pemerintah khususnya kota Medan seakan tidak
memiliki niat untuk mengerjakannya. Kita tunggu saja.
Persoalan berikutnya yaitu antisipasi buruknya cuaca yang melanda kota
Medan. Jika kita amati dengan baik, cuaca kota Medan khususnya dari bulan
september hingga sekarang sangat tidak stabil. Dalam satu hari bisa terjadi
panas yang begitu terik dan tiba-tiba hujan. Di saat kemarau, Medan menjadi
kota yang begitu gersang, penuh dengan debu yang sangat mengganggu pernafasan. Ditambah
lagi abu vulkanik gunung sinabung yang mengarah ke kota Medan kian mengganggu
pernafasan masyarakat. Pada akhirnya saya harus menggunakan masker mulut untuk
menghindari semua. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah semua masyarakat
Medan menyadari bahaya itu dan berinisiatif untuk memakai masker mulut?
Jawabannya tidak, kita bisa perhatikan di sepanjang lalu lintas, hampir semua
pengendara atau penumpang tidak menggunakan masker mulut. Jadi tidak salah hasil
penetian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika menyatakan
kota Medan sebagai kota dengan polusi udara yang paling buruk di dunia.
Kemudian, di saat hujan, dalam sekejab daerah jalan pancing, H.M Yamin, gatot
subroto dan daerah lainnya dilanda banjir. Akibatnya, masyarakat Medan diserang
bermacam-macam penyakit seperti flu, batuk, dan DBD.
Semua permasalahan di atas sudah sangat mendesak dan harus segera
diatasi. Harusnya tidak ada waktu santai
bagi pemerintah, sudah waktunya kerja, kerja dan kerja membenahi kota. Kita
tunggu saja gebrakan apa yang akan dilakukan pemerintah kota Medan untuk
permasalahan ini. semoga kota Medan menjadi kota yang nyaman khususnya warga
Sumatera Utara.
(Penulis adalah Staf Pengajar di SMA Swasta Letjen Haryono MT dan Quantum College Medan. Anggota Initiative of Change (IofC) Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar