Jumat, 12 Juni 2015

Menanti Kebijakan dan Kinerja Walikota Medan




Oleh: Hasian Sidabutar, S.Pd
Terbit: Harian Analisa, Kamis 11 Desember 2014

Kegelisahan ini berawal dari keseharian saya yang bekerja sebagai pengajar dimana saya harus menggunakan jasa angkot mencapai tempat kerja. Tiap harinya saya melewati Jl. Pancing menuju Jl. Gatot Subroto. Begitu miris melihat kondisi jalan yang begitu semraut. Bagaimana tidak kota terbesar keempat di Indonesia ini begitu tidak tertata rapi mulai dari buruknya fasilitas jalan, kemacetan, kurangnya taman kota dan permasalahan antisipasi terhadap tidak sehatnya cuaca yang menimpa wilayah kota Medan.

Persoalan pertama yang sangat saya gelisahkan adalah buruknya fasilitas jalan. Beberapa pekan terakhir, Pemerintah kota Medan sudah mulai memperbaiki fasilitas jalan di sepanjang jalan H. M. Yamin yang kondisinya memang tidak baik. Akan tetapi, perbaikan tersebut dilaksanakan secara tidak total dan masih tersendat. Beberapa hari terakhir saya mengamati bahwa perbaikan jalan belum tuntas dan pergerakan para pekerjanya terhenti. Alhasil, tersisa lubang-lubang jalan yang panjangnya sampai ratusan meter. Hal ini  menimbulkan ketidaknyaman bagi para pengendara yang lalu lalang di sepanjang jalan tersebut.

Persoalan kedua yaitu kemacetan. Tidak bisa dimungkiri, sebagai kota besar yang menjadi pusat seluruh aktivitas di Sumatera Utara, pada akhirnya kota Medan harus dipadati para urban untuk mengubah status sosial mereka. Banyaknya penduduk tentu berimbas pada volume kendaraan yang semakin membludak. Hal ini menyebabkan kemacetan di banyak titik di kota Medan seperti di lampu merah aksara, jalan H.M Yamin, Jalan Merak Jingga, Jalan Guru Patimpus, Gatot Subroto, Padang Bulan, Simpang Pos. Selain menimbulkan emosi di hati pengendara, kemacetan ini juga banyak menimbulkan kerugian seperti terhambatnya perekonomian, macetnya distribusi barang dan tentu menguras waktu. Nyatanya, kota Medan tidak seperti Jakarta yang menjadi pusat aktivitas di seluruh Indonesia. Harusnya, kota Medan yang penduduknya hanya 2.9 juta (pemkomedan.go.id) tidak seharusnya dilanda kemacetan seperti Jakarta yang penduduknya 5.06 juta jiwa. (jakarta. bps.go.id)

Persoalan ketiga yaitu minimnya fasilitas Taman kota. Seluruh masyarakat Medan begitu mengimpikan taman-taman kota dibangun di beberapa titik di kota Medan. Fungsinya agar sumber udara bersih dan keteduhan saat bersantai bisa dinikmati masyarakat di tengah hiruk pikuknya kota dengan segala tetek bengeknya. Fungsinya juga untuk menahan bahasa global warmning. Jakarta memiliki 1.178 taman kota (beritajakarta.com), lantas berapakah taman kota di Medan? Namun ntah mengapa, Pemerintah khususnya kota Medan seakan tidak memiliki niat untuk mengerjakannya. Kita tunggu saja.

Persoalan berikutnya yaitu antisipasi buruknya cuaca yang melanda kota Medan. Jika kita amati dengan baik, cuaca kota Medan khususnya dari bulan september hingga sekarang sangat tidak stabil. Dalam satu hari bisa terjadi panas yang begitu terik dan tiba-tiba hujan. Di saat kemarau, Medan menjadi kota yang begitu gersang, penuh dengan debu yang sangat mengganggu pernafasan. Ditambah lagi abu vulkanik gunung sinabung yang mengarah ke kota Medan kian mengganggu pernafasan masyarakat. Pada akhirnya saya harus menggunakan masker mulut untuk menghindari semua. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah semua masyarakat Medan menyadari bahaya itu dan berinisiatif untuk memakai masker mulut? Jawabannya tidak, kita bisa perhatikan di sepanjang lalu lintas, hampir semua pengendara atau penumpang tidak menggunakan masker mulut. Jadi tidak salah hasil penetian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika menyatakan kota Medan sebagai kota dengan polusi udara yang paling buruk di dunia. Kemudian, di saat hujan, dalam sekejab daerah jalan pancing, H.M Yamin, gatot subroto dan daerah lainnya dilanda banjir. Akibatnya, masyarakat Medan diserang bermacam-macam penyakit seperti flu, batuk, dan DBD.

Semua permasalahan di atas sudah sangat mendesak dan harus segera diatasi. Harusnya tidak ada  waktu santai bagi pemerintah, sudah waktunya kerja, kerja dan kerja membenahi kota. Kita tunggu saja gebrakan apa yang akan dilakukan pemerintah kota Medan untuk permasalahan ini. semoga kota Medan menjadi kota yang nyaman khususnya warga Sumatera Utara.

(Penulis adalah Staf Pengajar di SMA Swasta Letjen Haryono MT dan Quantum College Medan. Anggota Initiative of Change (IofC) Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar