Oleh: Hasian Sidabutar, S.Pd
Terbit: Harian Waspada Online (WoL), Selasa, 16 Juni 2015
Baru-baru ini, pemerintah Malaysia menggelar Road To Asean Countries
2015 yang digelar di ibukota-ibukota provinsi yang ada di Sumatera.
Mereka mengatakan, pasar Indonesia amat penting bagi industri Tourism
Malaysia karena faktor penduduk negara Indonesia cukup banyak dan dengan
daya beli yang cukup tinggi. Bahkan tahun 2014 lalu, Indonesia
merupakan penyumbang kedua terbesar kunjungan wisatawan asing ke
Malaysia. Selama Januari hingga Desember 2014, jumlah kunjungan
wisatawan dari Indonesia ke Malaysia mencapai 2,827 juta orang lebih
atau meningkat sebesar 11 persen dibanding periode yang sama tahun 2013
yakni sebanyak 2,548 juta orang.
Dalam hal ini, pihak Malaysia tentu sangat senang dan bangga karena
banyak penduduk Indonesia memijakkan kaki ke negeri jiran tersebut
dengan tujuan berlibur ataupun medical tour. Namun, pencapaian itu
bukanlah mudah. Hasil maksimal yang mereka peroleh diawali dari
kegencaran mereka mempromosikan semua objek-objek wisata yang ada di
Malaysia hingga menarik minat masyarakat Indonesia untuk berkunjung
kesana. Pemerintah Malaysia juga senang karena industri pariwisata
mereka didukung oleh agen-agen konsorsium Indonesia yang telah membangun
paket-paket wisata yang terjangkau ke Malaysia. Selain itu, jaringan
penerbangan udara yang baik juga menjadi salah satu faktor meningkatnya
kunjungan wisatawan Indonesia ke Malaysia. Sebanyak 21 penerbangan
langsung selama seminggu dari Medan ke Malaysia dengan jumlah seat
(tempat) sebanyak 3.360 oleh MAS dan 49 penerbangan langsung dengan
8.820 seat oleh AirAsia. Dan ada juga 4 penerbangan langsung selama
seminggu dari Medan ke Ipoh dan 3 penerbangan ke Terengganu. Jadi sangat
wajar bila para turis dari Indonesia banyak bepergian ke negara menara
kembar itu.
Nampaknya, kita sebagai warga negara Indonesia harus gigit jari
menyaksikan realita ini. Pasalnya, meskipun wisatawan mancanegara ke
Indonesia naik 9,37 persen pada tahun 2014 lalu, industri pariwisata
Indonesia masih kalah 1-0 dengan Malaysia. Berdasarkan data statistik,
wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia hanya sepertiga dari
jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia. Lalu apa yang menyebabkan hal
ini terjadi? Mengapa warga Indonesia lebih suka bepergian ke Malaysia?
Hal ini tentu perlu dievaluasi oleh seluruh pihak terutama pemerintah
melalui Kementerian pariwisata RI.
Namun, sesungguhnya hal ini bisa kita analisis melalui fakta-fakta di
lapangan. Contohnya, pasien Indonesia lebih suka berobat ke Malaysia
dibanding di Indonesia. Mengapa? Apakah dokter kita kurang pandai?
Tidak, dokter kita banyak yang brilian namun pelayanan sebagian Rumah
Sakit memang masih tidak memuaskan baik fasilitas dan pengabdian para
tenaga kerjanya. Maklum kualitas pelayanan pekerja selalu berbanding
lurus dengan kesejahteraan yang mereka terima. Di samping itu, peralatan
medis kita yang belum memenuhi standar Internasional menjadikan faktor
mengapa medical tour dari negara lain minim ke Indonesia. Kemudian, di
sektor pariwisata, apakah alam atau objek-objek wisata Indonesia tidak
indah? Tidak, malah daerah wisata Indonesia jauh lebih indah daripada
Malaysia bahkan negara-negara lain di dunia sekalipun. Tetapi,
kelemahannya adalah karena kita kurang pandai memasarkannya ke dunia
sehingga turis tidak mengetahui keindahan alam kita. Akibatnya, mereka
tidak memilih Indonesia sebagai salah satu destinasi berlibur mereka.
Kemudian, meskipun lokasi wisata Malaysia jauh lebih sedikit daripada
Indonesia, namun baik pemerintah maupun masyarakat Malaysia sangat
protektif dan tetap menjaga keindahan objek wisata tersebut. Berbeda
dengan Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat sama-sama kurang
peduli akan keindahan dan sanitasi lokasi-lokasi wisata yang ada.
Alhasil, banyak pengunjung asing yang tidak kerasan untuk berlibur dan
kapok untuk kembali mengunjunginya. Contohnya saja, danau Toba di
Sumatera Utara dan danau Maninjau di Sumatera Barat. Grafik wisatawan
asing yang berkunjung ke danau-danau besar dan indah itu torgolong
statis bahkan sering anjlok tahun ke tahun.
Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus benar-benar
menciptakan sinergi baru untuk memajukan industri pariwisata Indonesia.
Pertama, Pemerintah tidak boleh tanggung-tanggung
mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk mempromosikan tempat-tempat
wisata Indonesia ke mancanegara seperti expo dan exhibition. Pemerintah
harus sungguh-sungguh memaksimalkan kinerja kedutaan besar Indonesia di
setiap negara di dunia untuk mulai bergerak mempromosikannya. Dengan
begitu, tahap pertama yakni pengenalan objek-objek wisata Indonesia
berhasil.
Kedua, pemerintah perlu membenahi layanan publik di
Nusantara seperti Rumah Sakit. Dipikir sangat baik jika rumah sakit yang
ada di Indonesia rata-rata berstandar internasional agar warga
mancanegara mau melakukan medical tour ke Indonesia. Secara tidak
langsung, kita sudah memperkenalkan daerah wisata yang ada di negeri
ini.
Ketiga, di sektor pendidikan, pemeirntah lebih mengembangkan
kualitas pendidikan kita agar pelajar asing mau belajar ke Indonesia.
itu juga bisa jadi salah satu cara untuk mempromosikan wisata Indonesia.
Keempat, industri penerbangan Indonesia harus benar-benar
melebarkan sayap ke mancanegara agar layanan penerbangan langsung dari
Indonesia ke negara asing memadai. Dengan begitu, wisatawan asing mudah
datang ke Indonesia.
Kelima, perlu adanya kesadaran pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga keindahan, keramah-tamahan dan sanitasi lokasi-lokasi
wisata yang ada di berbaga daerah di Indonesia. Contohnya tidak membuang
sampah sembarangan, tidak berjualan asal-asalan dan ramah-tamah kepada
turis.
Kita berharap pariwisata Indonesia tidak akan redup lagi justru bisa
bangkit dan bersaing dengan pariwisata negara lainnya. Khususnya, jumlah
wisatawan asing yang ditargetkan oleh pemerintah melalui kementerian
pariwisata (12 juta orang) tahun ini dapat tercapai. Dan Indonesia bisa
“angkat dagu” karena tidak kalah dengan negara lain, khususnya negara
tetangga (ASEAN).
(Penulis adalah Pemerhati Masalah Pariwisata. Staf Pengajar di Quantum College Medan. Anggota Initiatives of Change (IofC) Indonesia. Alumnus Universitas Negeri Medan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar